Kekeringan di Ponorogo Sulitkan Warga


Kekeringan dan krisis air bersih yang saat ini terjadi di Kecamatan Badegan meluas. Selain melanda Dusun Ngemplak, Desa Dayakan, kekeringan itu mengancam 60 kepala keluarga (KK) di Dusun Watuagung, Desa Watubonang.
Satu-satunya sumber air yang berjarak sekitar 1 kilometer dari permukiman sudah menyusut drastis. ’’Untuk menampung air bersih, saya menunggu lebih dari sejam,’’ ujar Kunting, salah seorang warga Watuagung, Sabtu (20/9).
Perempuan 58 tahun tersebut mengaku kesulitan untuk mengambil air dari sumber yang kini mulai mengering itu. Dia terpaksa masuk ke beton penampung air
yang dibangun setahun lalu. Dengan bantuan gayung, dia menampung air sedikit demi sedikit ke dalam jeriken. Butuh waktu sejam agar jeriken dengan ukuran 20 liter tersebut penuh. ’’Kesel, ning pripun malih (capek, tapi mau bagaimana lagi),’’ tuturnya.
Menurut Kunting, dirinya hanya mengambil air bersih sekali dalam sehari. Dia harus bergantian dengan warga lain yang juga membutuhkan air bersih tersebut. Lantas, pemakaian air sejeriken yang ditampung susah payah tersebut harus diirit. ’’Prioritas untuk minum dan memasak,’’ katanya.
Semi, warga Dusun Ngemplak, Desa Dayakan, juga harus hati-hati menampung air dengan gayung dari sumber agar tidak keruh. Saat jeriken ukuran 10 liter yang dibawanya penuh, dia lalu mandi dengan air seadanya. ’’Sudah lama tidak mandi,’’ ucapnya.
Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Kesiapan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo Setyo Budiono memprediksi, kekeringan tahun ini lebih parah jika dibandingkan dengan kemarau musim lalu. Sebab, tahun lalu hujan mengguyur hampir sepanjang tahun.
’’Intensitas hujan tahun ini mulai berkurang sejak Mei. Kami perkirakan, hujan baru turun Desember nanti,’’ terangnya.(aan/hw/JPNN/c22/dwi)
Copy : @ponxzhi
dilangsir dari : .jpnn.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama