Demam berdarah mewabah di Desa Turi Kec.Jetis

Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) menyerang puluhan warga Desa Turi, Kecamatn Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Bahkan penyakit ini yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti telah merenggut nyawa satu warga, yaitu Yusron Syahputra (21), Kamis (28/11/2014) malam.
Putra sulung pasangan Suprapto dan Lestari ini menghembuskan nafas terakhir setelah selama sepekan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah( RSUD) dr Hardjono Ponorogo.
“Sebelum meninggal, sebenarnya sudah dirawat di RSUD selama sepekan,”ucap Suprapto ditemui lensaindonesia.com di rumah duka, Jumat (29/11/2014).

Beban Suprapto ternyata tak hanya ditinggal anak sulungnya tersebut, karena tiga anaknya yang lain juga terkena serangan demam berdarah.Dua diantaranya sudah dinyatakan sembuh, sementara satu orang lagi masih menjalani rawat inap di RSUD dr Hardjono Ponorogo.
“Empat anak saya semua kena demam berdarah, 2 sudah sembuh, 1 orang masih dirawat dirumah sakit dan satu orang lagi meninggal,”ucap Suprapto kepada lensaindonesia.com.
Bapak dari empat anak ini semakin terpukul, ketika masih dalam suasana duka, datang tiga orang petugas dari Puskesmas Jetis yang mengambil sampel darahnya dan langsung dilakukan tes dirumahnya. Dari hasil pemeriksaan darah yang bisa dilihat hasilnya saat itu juga, Suprapto dinyatakan positif terjangkit demam berdarah dengue (DBD).
Tak bisa menyembunyikan kesedihanya, Supraptopun tak mampu membendung air matanya dan langsung
berjalan masuk ke kamarnya.
Terkait dengan puluhan warga Turi yang terjangkit demam berdarah tersebut, dibenarkan kepala Desa Turi, Mukhlis Isngadi.
“Dalam sebulan terakhir ini lebih dari sepuluh orang warga kami terjangkit demam berdarah, yang salah satunya adalah putra sulung Pak Prapto yang meninggal tadi malam,”urai Suprapto dirumah duka Suprapto.
Kades yang belum lama menjabat ini mengaku bahwa sebenarnya kejadian ini sudah berkali-kali dilaporkan kepada bidan desa dan Dinas Kesehatan, namun ditegaskanya bahwa dari laporanya tersebut, belum ada tindakan sama sekali. Dirinyapun merasa kecewa dan jengkel.
“Sudah berkali-kali mas, semenjak ada penderita DB ini, saya laporkan, baik ke bidan desa maupun ke dinas kesehatan, namun sama sekali tidak ada tindakan, hanya sebatas mendata saja. Baru setelah ada yang meninggal, pihak Dinkes memberitahukan akan melakukan penyemprotan (Foging),” jelas
Suprapto.@arso @ponxzhi

Dilangsir dari : lensaindonesia

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama