Penulis : Destyan
Ponorogo -
Jajaran Kepolisian Ponorogo, Jawa Timur, saat ini tengah menyelidiki
kasus pelecehan yang melibatkan dua perangkat kepala desa, yakni antara
Kepala Desa Pihijo, Kecamatan Sampung (Soegijanto), serta Kepala Desa
maron, Kecamatan Kauman (Mohammad Mawardi).
"Insiden ini (pelecehan) terjadi secara spontan setelah salah satu pihak mengeluarkan kata-kata kotor," ujar Kapolsek Sampung, AKP Soewahyudi, Jumat.
Diceritakannya, kasus pelecehan itu terjadi seusai keduanya mengikuti konferensi kepala desa dan sekretaris desa se-Kecamatan Sampung di pendopo kecamatan setempat, Rabu (3/8) siang.
Namun entah karena apa, keduanya terlibat bersitegang sehingga keluarlah sejumlah kata-kata kotor dari mulut Mawardi. Tidak berhenti di situ, Kades Maron ini bahkan sempat meludahi wajah Soegijanto.
Di hadapan polisi, Soegijanto mengaku selama ini tidak merasa memiliki bibit permusuhan dengan Muhammad Mawardi. Ia bahkan menyebut baru lima bulan berhubungan dengan Kepala Desa Maron tersebut.
"Sebenarnya saat kejadian tersebut para kepala desa yang hadir, termasuk camat dan sekretaris, sempat melerai sehingga adu jotos keduanya tidak terjadi. Kasus ini sekarang sudah kami selidiki dan akan kami proses secepatnya," terang Soewahyudi.
Untuk itu, sejumlah pihak yang diidentifikasi sebagai saksi mata di sekitar lokasi kejadian sudah mulai dipanggil. Namun hasil penyelidikan bagaimana, perwira polisi berpangkat ajun komisaris polisi ini enggan membocorkan dengan dalih menghormati azas praduga tidak bersalah.
Ia hanya menegaskan komitmen jajarannya untuk menindaklanjuti laporan tindak pidana pelecehan tersebut secara profesional.
Soewahyudi menegaskan, jika keduanya tidak bersepakat untuk damai, Kades Mohammad Mawardi selaku pihak terlapor bisa dijerat dengan pasal 315 KUHP tentang penghinaan di depan umum. "Secepatnya akan kami lakukan pemerikasaan ," ujarnya.
Terpisah, Camat Sampung, Sri Bandoyo sejauh ini masih enggan berkomentar terkait insiden pelecehan yang melibatkan dua perangkat desa yang menjadi anak buahnya.
Sri Bandoyo bahkan terus berusaha menghindar saat sejumlah wartawan mencegatnya di depan kantor kecamatan. "Sebentar ya, saat ini saya masih mau ke kantor bupati karena ada panggilan mendadak," elak Sri Bandoyo sambil bergegas pergi.
Tindakan serupa juga dilakukan Sekretaris Kecamatan Sampung, Bambang, yang langsung pergi keluar kantor begitu mengetahui ada sejumlah kuli tinta berusaha mewawancarai Sri Bandoyo.
"Insiden ini (pelecehan) terjadi secara spontan setelah salah satu pihak mengeluarkan kata-kata kotor," ujar Kapolsek Sampung, AKP Soewahyudi, Jumat.
Diceritakannya, kasus pelecehan itu terjadi seusai keduanya mengikuti konferensi kepala desa dan sekretaris desa se-Kecamatan Sampung di pendopo kecamatan setempat, Rabu (3/8) siang.
Namun entah karena apa, keduanya terlibat bersitegang sehingga keluarlah sejumlah kata-kata kotor dari mulut Mawardi. Tidak berhenti di situ, Kades Maron ini bahkan sempat meludahi wajah Soegijanto.
Di hadapan polisi, Soegijanto mengaku selama ini tidak merasa memiliki bibit permusuhan dengan Muhammad Mawardi. Ia bahkan menyebut baru lima bulan berhubungan dengan Kepala Desa Maron tersebut.
"Sebenarnya saat kejadian tersebut para kepala desa yang hadir, termasuk camat dan sekretaris, sempat melerai sehingga adu jotos keduanya tidak terjadi. Kasus ini sekarang sudah kami selidiki dan akan kami proses secepatnya," terang Soewahyudi.
Untuk itu, sejumlah pihak yang diidentifikasi sebagai saksi mata di sekitar lokasi kejadian sudah mulai dipanggil. Namun hasil penyelidikan bagaimana, perwira polisi berpangkat ajun komisaris polisi ini enggan membocorkan dengan dalih menghormati azas praduga tidak bersalah.
Ia hanya menegaskan komitmen jajarannya untuk menindaklanjuti laporan tindak pidana pelecehan tersebut secara profesional.
Soewahyudi menegaskan, jika keduanya tidak bersepakat untuk damai, Kades Mohammad Mawardi selaku pihak terlapor bisa dijerat dengan pasal 315 KUHP tentang penghinaan di depan umum. "Secepatnya akan kami lakukan pemerikasaan ," ujarnya.
Terpisah, Camat Sampung, Sri Bandoyo sejauh ini masih enggan berkomentar terkait insiden pelecehan yang melibatkan dua perangkat desa yang menjadi anak buahnya.
Sri Bandoyo bahkan terus berusaha menghindar saat sejumlah wartawan mencegatnya di depan kantor kecamatan. "Sebentar ya, saat ini saya masih mau ke kantor bupati karena ada panggilan mendadak," elak Sri Bandoyo sambil bergegas pergi.
Tindakan serupa juga dilakukan Sekretaris Kecamatan Sampung, Bambang, yang langsung pergi keluar kantor begitu mengetahui ada sejumlah kuli tinta berusaha mewawancarai Sri Bandoyo.
إرسال تعليق