Miris, itulah yang terungkap saat melihat nasib Shifa Muklison, bocah
3,5 tahun penderita Hydrocepallus (Kepala membesar). Kondisi kemiskinan
orang tuanya, membuat balita malang ini hanya bisa terbaring lemah
menunggu uluran tangan.
Terlahir dari keluarga miskin, balita malang Shifa sehari-hari bersama orang tua dan dua saudaranya tinggal di rumah berdinding papan kayu di Dusun Sekuwung, Desa Kedung Banteng Kecamatan Sukorejo, Ponorogo. Bahkan tidur hanya beralaskan tikar.
Diceritakan Tukimin (47) dan Kasmiati (44) orang tua Shifa, saat persalinan di bidan desa anaknya terlihat normal. Namun seminggu setelah lahir anaknya menderita panas dan kejang-kejang. Melihat kondisi anaknya, Tukimin san istri membawa anaknya berobat ke RSUD Dr Hardjono Ponorogo.
"Dirawat di rumah sakit Ponorogo selama 15 hari, saat itu tahun 2012," cerita Tukimin di rumahnya, Jumat (19/8/2016).
Setelah 15 hari di rumah sakit kondisi kepala Shifa semakin membesar. Pihak rumah sakit Ponorogo tidak bisa menangani, Shifa malang kemudian dirujuk ke RSUP Dr Soedono Madiun.
Meski sempat dioperasi dan mendapat perawatan selama 2 bulan, Tukimin dan Kasmiati yang hanya bekerja sebagai buruh tani ini terpaksa membawa pulang anak ketiganya karena ketiadaan biaya untuk pengobatan.
"Ya gitu ndak ada obat, ya langsung mendel mawon (diam saja) tidak ada biaya," tutur Tukimin sambil membelai kepala buah hatinya.
Kini Tukimin dan Kasmiati hanya bisa pasrah dengan kondisi yang mereka alami. Keduanya berharap pemerintah memberi bantuan. Terlebih satu minggu yang lalu Tukimin sebagai kepala keluarga baru saja operasi benjolan di pahanya. Belum lagi mereka juga masih menanggung hutang kepada tetangga dan kerabat yang telah mencapai Rp 20 juta.
(fat/fat)
Sumber : http://news.detik.com/berita-jawa-timur/3279147/bocah-penderita-hydrocepallus-di-ponorogo-butuh-uluran-tangan
Terlahir dari keluarga miskin, balita malang Shifa sehari-hari bersama orang tua dan dua saudaranya tinggal di rumah berdinding papan kayu di Dusun Sekuwung, Desa Kedung Banteng Kecamatan Sukorejo, Ponorogo. Bahkan tidur hanya beralaskan tikar.
Diceritakan Tukimin (47) dan Kasmiati (44) orang tua Shifa, saat persalinan di bidan desa anaknya terlihat normal. Namun seminggu setelah lahir anaknya menderita panas dan kejang-kejang. Melihat kondisi anaknya, Tukimin san istri membawa anaknya berobat ke RSUD Dr Hardjono Ponorogo.
"Dirawat di rumah sakit Ponorogo selama 15 hari, saat itu tahun 2012," cerita Tukimin di rumahnya, Jumat (19/8/2016).
Setelah 15 hari di rumah sakit kondisi kepala Shifa semakin membesar. Pihak rumah sakit Ponorogo tidak bisa menangani, Shifa malang kemudian dirujuk ke RSUP Dr Soedono Madiun.
Meski sempat dioperasi dan mendapat perawatan selama 2 bulan, Tukimin dan Kasmiati yang hanya bekerja sebagai buruh tani ini terpaksa membawa pulang anak ketiganya karena ketiadaan biaya untuk pengobatan.
"Ya gitu ndak ada obat, ya langsung mendel mawon (diam saja) tidak ada biaya," tutur Tukimin sambil membelai kepala buah hatinya.
Kini Tukimin dan Kasmiati hanya bisa pasrah dengan kondisi yang mereka alami. Keduanya berharap pemerintah memberi bantuan. Terlebih satu minggu yang lalu Tukimin sebagai kepala keluarga baru saja operasi benjolan di pahanya. Belum lagi mereka juga masih menanggung hutang kepada tetangga dan kerabat yang telah mencapai Rp 20 juta.
(fat/fat)
Sumber : http://news.detik.com/berita-jawa-timur/3279147/bocah-penderita-hydrocepallus-di-ponorogo-butuh-uluran-tangan
إرسال تعليق