WARGA PONOROGO TUMPAH RUAH MEMENUHI JALAN PROTOKOL.

Sejak pukul 13.00 WIB, seluruh jalan protokol yang menjadi rute Kirab Pusaka mulai dari Desa Setono, Kecamatan Jenangan (Ponorogo Wetan), tempat Makam Batoro Katong menuju Paseban Alun-alun Ponorogo atau Pemkab Ponorogo, dipadati puluhan ribu warga Ponorogo dan luar Ponorogo.
Acara Kirab Pusaka yang digelar sebagai acara perpindahan pusat pemeritahan Pemkab Ponorogo dari Kota Lama menuju Kota Baru, berlangsung meriah, Jum`at  (24/10/2014).
Perpindahan pusat pemerintahan itu ditandai dengan diusungnya tiga pusaka yang menjadi andalan para warok, Sabuk Cinde Puspito, Payung Songsong Tunggul Wulung dan Tombak Tunggul Nogo. Setelah tiba di Paseban Alun-alun Ponorogo ketiga pusaka itu dijamas (dimandikan).

Tombak dan payung yang pucuknya merupakan mata tombak, keduanya dijamas dengan air bunga telon dan air yang diambil dari 7 sumber air di Ponorogo. Diantaranya, Sumber Air Gunung Kucur, Sumber Air Telaga Ngebel, Sumber Air Masjid Tegalsari (tertua) dan sejumlah sumber mata air lainnya.
Usai dijamas, pusaka dikembalikan bersama Cinde untuk disemayamkan di dalam Kantor Bupati Ponorogo. Sedangkan air sisa jamasan langsung dijadikan rebutan ribuan warga Ponorogo karena diyakini air tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit, membuat awet muda, gampang jodoh, serta bagi pejabat bisa menaikkan pangkat dan derajatnya.
Selain berebut air sisa jamasan, ribuan warga juga berebut Tumpeng Purak yang ditaruh di tengah jalan di utara Alun-alun Ponorogo (depan Paseban).
Bupati Ponorogo, Amin.SH menegaskan, prosesi kirab pusaka merupakan bagian dari Grebeg Suro yang digelar dalam rangka menggali dan melestarikan sejarah asal muasal Ponorogo.  "Acara ini untuk melestarikan sejarah Kota Ponorogo sekaligus nguri-nguri budaya leluhur Kota Reog," pungkasnya.@ponxzhi


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama