Di tengah
melonjaknya harga gas elpiji 12 kilogram di sebagian besar wilayah, namun
masyarakat pedesaan di Ponorogo, Jawa Timur, tidak merasa dipusingkan oleh
kenaikan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tersebut.
Di Ponorogo, sebagian warga memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah menjadi
bio gas guna memenuhi kebutuhan energi di rumah mereka. Tidak hanya untuk
keperluan memasak saja, bio gas juga dimanfaatkan untuk lampu penerangan di
rumah mereka.Sejak tiga tahun terakhir, keluarga Piyanti, warga Desa Lekong, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, ini telah memanfaatkan bio gas dari kotoran ternak sapi miliknya. Tiga ekor sapi yang dipeliharanya setiap hari menghasilkan kotoran yang cukup banyak, sehingga pemilik memanfaatkannya untuk membuat bio gas. Setiap pagi sekitar pukul 10.00 WIB, kotoran sapi dimasukkan ke dalam alat pengaduk, kemudian dicampur dengan sedikit air, dan diaduk selama lima menit.
Piyanti, seorang warga Ponorogo yang memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber energi, Rabu (14/1/2015), menjelaskan gas metan yang dihasilkan kemudian disalurkan menggunakan pipa menuju dapur rumah. Gas tersebut kemudian digunakan untuk menghidupkan kompor sebagai bahan bakar untuk memasak. Api yang dihasilkan dari gas kotoran ternak ini cukup stabil dan berwarna biru.
Selain untuk memenuhi kebutuhan memasak, bio gas juga dimanfaatkan untuk lampu penerangan di rumah. Sebuah lampu petromak dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat menyala dengan bahan bakar bio gas. Lampu ini biasanya dimanfaatkan ketika terjadi pemadaman listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Dengan memanfaatkan bio gas dari kotoran ternak ini, keluarga Piyanti dan ratusan keluarga pedesaan di Ponorogo tidak lagi merasa terpengaruh oleh melonjaknya harga gas elpiji di pasaran.@ponxzhi
Dilangsir
dari : metrotvnews.com
Posting Komentar