Pintu Gerbang MEA 2015 Harus Dibuka. Itulah judul buka karya Gubernur
Jawa Timur (Jatim) Soekarwo. Melalui buku itu, Pakde Karwo, demikian
Sang Gubernur biasa disapa, menyatakan Jatim siap menghadapi era ekonomi
global masyarakat ASEAN alias MEA.
Pakde Karwo menjelaskan Jatim siap. Sebab, struktur ekonomi Jatim lebih besar ketimbang Kamboja, Papua Nugini, Laos, dan Timor Leste. "Ekonomi kita itu mencapai 4,18 persen dari total ekonomi ASEAN," kata Pakde Karwo di sela bedah bukunya di Surabaya, Jatim, Sabtu (14/3/2015).
Pakde Karwo mengaku tidak mungkin diam melihat perkembangan zaman. Di satu sisi soal suasana dan kebijakan global. Di lain sisi kesejahteraan masyarakat harus menjadi perhatian. Karena itu, dia melakukan 'hijrah' pemikiran.
"Saya dan berbagai teman mengumpulkan pemikiran dan konsep untuk kesejahteraan masyarakat. Ini agar terjadi harmoni di masyarakat atas, menengah dan kalangan bawah. Nah, Hasil pergumulan sejak tahun 2009 dan pemikiran-pemikiran itu saya catat. Baik itu dari sosial, ekonomi, politik dan budaya," kata pria kelahiran 16 Juni 1950 itu.
Ia menuangkan kesiapan Jatim dalam buku putih setebal 597 halaman. Bukan sekadar tulisan, buku itu membuktikan kesiapan Jatim melalui data. Misalnya, perekonmian Kamboja saat ini hanya 0,82 persen dari total perekonomian ASEAN. Begitu juga Papua Nugini yang hanya 0,54 persen. Kemudian Laos 0,36 persen dan Timor Leste yang hanya 0,05 persen.
Hingga saat ini, postur ekonomi terbesar ASEAN memang masih diduduki Indonesia yang mencapai 28,47 persen dari total ekonomi ASEAN. Indonesia disusul Thailand 18,26 persen; lantas Singapura 16,92 persen; Malaysia 15,07 persen dan Filipina sebesar 13,03 persen.
Besarnya struktur ekonomi, kata Pakde Karwo, hingga kini Jawa Timur menguasai hampir 70 persen wilayah distribusi barang di Indonesia. "Hanya saja banyak produk kita sulit distandarisasi, sambel atau peyek misalnya, kan sulit standarisasinya beda dengan McDonald yang rasanya di mana pun sama saja," ujar dia.
Untuk itu, kata Pakde, Jatim akan memperluas pasar. Jawa Timur saat ini juga telah membangun perwakilan dagang di 24 provinsi, di antaranya di wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua dan Sumatera.
Selain perdagangan antar pulau, perdagangan antar negara juga cukup besar. Jawa Timur saat ini bahkan telah membangun perwakilan dagang di Osaka, Jepang; Shanghai, Tiongkok; Gyeongnam, Korea Selatan; Tianjin, Tiongkok; lantas Swiss dan Belgia.
OGI
Sumber Berita : metrotvnews.com
Pakde Karwo menjelaskan Jatim siap. Sebab, struktur ekonomi Jatim lebih besar ketimbang Kamboja, Papua Nugini, Laos, dan Timor Leste. "Ekonomi kita itu mencapai 4,18 persen dari total ekonomi ASEAN," kata Pakde Karwo di sela bedah bukunya di Surabaya, Jatim, Sabtu (14/3/2015).
Pakde Karwo mengaku tidak mungkin diam melihat perkembangan zaman. Di satu sisi soal suasana dan kebijakan global. Di lain sisi kesejahteraan masyarakat harus menjadi perhatian. Karena itu, dia melakukan 'hijrah' pemikiran.
"Saya dan berbagai teman mengumpulkan pemikiran dan konsep untuk kesejahteraan masyarakat. Ini agar terjadi harmoni di masyarakat atas, menengah dan kalangan bawah. Nah, Hasil pergumulan sejak tahun 2009 dan pemikiran-pemikiran itu saya catat. Baik itu dari sosial, ekonomi, politik dan budaya," kata pria kelahiran 16 Juni 1950 itu.
Ia menuangkan kesiapan Jatim dalam buku putih setebal 597 halaman. Bukan sekadar tulisan, buku itu membuktikan kesiapan Jatim melalui data. Misalnya, perekonmian Kamboja saat ini hanya 0,82 persen dari total perekonomian ASEAN. Begitu juga Papua Nugini yang hanya 0,54 persen. Kemudian Laos 0,36 persen dan Timor Leste yang hanya 0,05 persen.
Hingga saat ini, postur ekonomi terbesar ASEAN memang masih diduduki Indonesia yang mencapai 28,47 persen dari total ekonomi ASEAN. Indonesia disusul Thailand 18,26 persen; lantas Singapura 16,92 persen; Malaysia 15,07 persen dan Filipina sebesar 13,03 persen.
Besarnya struktur ekonomi, kata Pakde Karwo, hingga kini Jawa Timur menguasai hampir 70 persen wilayah distribusi barang di Indonesia. "Hanya saja banyak produk kita sulit distandarisasi, sambel atau peyek misalnya, kan sulit standarisasinya beda dengan McDonald yang rasanya di mana pun sama saja," ujar dia.
Untuk itu, kata Pakde, Jatim akan memperluas pasar. Jawa Timur saat ini juga telah membangun perwakilan dagang di 24 provinsi, di antaranya di wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua dan Sumatera.
Selain perdagangan antar pulau, perdagangan antar negara juga cukup besar. Jawa Timur saat ini bahkan telah membangun perwakilan dagang di Osaka, Jepang; Shanghai, Tiongkok; Gyeongnam, Korea Selatan; Tianjin, Tiongkok; lantas Swiss dan Belgia.
OGI
Sumber Berita : metrotvnews.com
Posting Komentar